Menyikapi Pandemi Covid-19 : Antara Waspada dan Panik

     


Ketika pertama kali diumumkan bahwa virus corona telah masuk ke Indonesia, berita ini menimbulkan histeria dan kepanikan masal di masyarakat. Media-media massa bahkan membantu menambah kepanikan tersebut, hingga salah satu stasiun televisi menyiarkan berita mengenai virus ini menggunakan masker respirator, yang tentu saja menimbulkan kesan bahwa kondisi yang sudah muncul di Indonesia ini begitu mencekam. Pandemi ini memang begitu membahayakan, namun penyebaran dan pemrosesan informasi harus lebih kita perhatikan agar reaksi yang dihasilkan oleh publik sesuai dengan apa yang dibutuhkan di kondisi saat ini.

Salah satu hal yang penting dan sering digaungkan oleh banyak orang adalah sikap waspada dan jangan panik. Kalimat ini merupakan sesuatu yang harus selalu kita simpan dalam pikiran, karena ini merupakan salah satu kunci kita memenangkan pertarungan melawan virus corona. Kita bisa mengetahui perbedaan antara kata waspada dan panik, namun mungkin tak banyak dari kita yang tau mengenai perbedaannya ketika sudah dituangkan dalam bentuk aksi. 

Ada perbedaan yang jelas antara sikap waspada dan panik dalam relevansinya terhadap aksi. Perbedaannya terletak pada penggunaan rasionalitas dalam pengambilan keputusan di masa krisis ini. Masalah pada kepanikan adalah kebingungan dan ketidakmampuan untuk berpikir dengan tenang. Sehingga jika kita panik, keputusan yang kita ambil bisa jadi tidak berdasar pada akal sehat dan tidak menyentuh fakta yang harusnya selalu kita pegang dalam mengambil keputusan.

Contoh paling jelas dari hal yang sudah sampaikan mengenai kepanikan adalah penolakan warga terhadap pemakaman jenazah di berbagai daerah. Terakhir, jenazah dari seorang perawat di Semarang yang meninggal dunia karena terinfeksi virus corona ditolak oleh warga untuk dimakamkan di TPU setempat. Dari sisi empati, sangat pedih melihat tenaga medis yang mengambil resiko nyawa untuk menanggulangi virus ini bisa ditolak jenazahnya oleh warga. Alasannya, karena takut bisa menyebarkan virus corona. Suatu alasan yang sangat konyol dan tidak berempati.

Pada faktanya, jenazah yang ditangani dan dimakamkan sesuai dengan protokol yang diberikan oleh WHO tidak akan menularkan virus. Sementara, seluruh pemakaman jenazah terinfeksi Covid-19 sudah sesuai dengan protokol yang berlaku. Hingga kini pun, sama sekali tidak ada laporan penularan Covid-19 melalui jenazah. Lantas sebenarnya apa yang ditolak oleh warga? yang mereka tolak hanyalah jenazah, yang bahkan tidak bisa membahayakan mereka sama sekali. Reaksi warga yang menolak jenazah ini merupakan pilu hasil dari kepanikan yang sudah merasuk kedalam diri masyarakat setempat. Kepanikan yang dialami masyarakat sudah melampaui tingkat kepedulian mereka antara satu sama lain.

Hal ini belum lagi termasuk dalam budaya baru panic buying yang kian populer menyusul pandemi ini. Seakan-akan menunjukkan pesan bahwa ketika terjadi krisis, setiap individu tidak lagi peduli pada individu lain, melainkan hanya berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri. Lagi-lagi, kepanikan mengalahkan kepedulian terhadap sesama.

Kepanikan ini juga dipicu dengan maraknya hoaks yang diedarkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Hingga 13 Mei, Kominfo telah mencatat sebanyak 686 berita hoaks yang berbeda, dan itupun yang bisa dideteksi oleh Kominfo. Angka yang besar itu memberi petunjuk mengenai betapa berbahayanya hoaks dalam mempengaruhi informasi yang diperoleh masyarakat dan karena itu dapat berdampak langsung akan perilaku yang mereka perbuat.

Sikap panik wajib dihindari dan sikap waspada yang harus selalu kita tekankan dalam masa pandemi ini, akal sehat harus kita jaga meskipun tentunya kita semua tahu bahwa pandemi ini membahayakan nyawa diri kita dan keluarga kita, takut merupakan efek emosional yang wajar melihat situasi yang terjadi belakangan ini. Namun reaksi terhadap emosi kita dan bagaimana kita memproses segala informasi dengan sewajarnya, merupakan hal yang harus selalu kita perhatikan agar selalu menjadi waspada, dan itulah sikap yang kita butuhkan secara kolektif dalam menghadapi masa-masa yang sulit ini.

Komentar

Postingan Populer