Piramida Maslow dalam Teka-Teki Psikologis Manusia



Pernahkah kita mempertanyakan keanehan bahwa di zaman modern ini, ketika kualitas hidup kita jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi masyarakat justru semakin rentan terhadap depresi dibanding sebelumnya? Sebuah penelitian membuktikan, setidaknya 80 tahun terakhir kasus depresi meningkat secara gradual, meskipun terjadi penurunan kasus bunuh diri.
Perlu diingat bahwa depresi itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu depresi yang terjadi akibat bawaan genetik atau berasal dari masalah klinis, serta depresi yang sifatnya lebih temporer, yang biasanya dipicu oleh masalah-masalah serta krisis eksistensial seseorang dalam hidup. Dalam artikel ini, saya fokus membahas masalah depresi yang berasal dari krisis eksistensial.
Masalah kebutuhan-kebutuhan dasar manusia semakin dimudahkan dengan perkembangan ekonomi dan inovasi-inovasi teknologi. Namun, masalah yang terjadi pada manusia nampaknya tidak menghilang, justru hanya berubah, yang semula merupakan masalah yang bersifat fisik, seperti kekurangan makanan, kurangnya keamanan, maraknya peperangan, serta sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, berubah menjadi masalah psikologis, dengan maraknya depresi serta isu kesehatan mental lainnya.
Tidak ada yang tahu pasti apa penyebabnya. Beberapa orang berhipotesis karena hidup yang kita jalani saat ini semakin superfisial dan tidak alami. Beberapa bahkan menyalahkan keberadaan teknologi itu sendiri, sosial media disalahkan, serta kemudahan hidup menyebabkan kemanjaan diri kian mengacaukan kehidupan sehari-hari kita. Segala hipotesis yang dibuat sangat mungkin benar, bahkan mungkin semua benar secara sekaligus. Cepatnya perkembangan zaman tidak dibarengi dengan perkembangan dari perilaku manusia itu sendiri, karena rasanya terlalu banyak masalah baru yang menumpahkan bebannya terhadap kondisi mental manusia masa kini.
Ada sebuah perspektif lain yang bisa kita jadikan lensa dalam mengenali masalah-masalah depresi ini dengan cara yang berbeda.  Pada abad ke-20, seorang psikolog bernama Abraham Maslow membuat sebuah piramida teoretis yang mencoba menjelaskan mengenai hierarki kebutuhan manusia secara komprehensif.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia dapat meningkat dan berubah secara bertahap, serta membaginya menjadi 5 tingkat. Terdapat lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis berada di tingkat paling dasar, diatasnya diikuti kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan hingga tingkat tertinggi kebutuhan yaitu aktualisasi diri.
Konsep dari piramida ini adalah, ketika kita sudah berhasil memenuhi suatu kebutuhan, maka kita akan termotivasi untuk mencoba memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, ketika kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, papan) sudah terpenuhi, maka kita mulai mengkhawatirkan hal baru, yaitu keamanan. Kita mencoba mencari perlindungan dari hal-hal yang mengancam seperti konflik, kriminalitas, peperangan, hingga wabah. Ketika kita sudah merasa aman, maka timbul kebutuhan baru, yaitu keinginan untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang, dan selanjutnya akan terus begitu hingga sampai pada tingkat kebutuhan aktualisasi diri.
Pada zaman dulu, umat manusia bahkan masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Meskipun saat ini kesejahteraan belum menyentuh seluruh manusia secara keseluruhan, tetapi kualitas peradaban manusia secara keseluruhan sudah jauh lebih baik. Berbeda kondisinya dengan mayoritas manusia di zaman berburu misalnya, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk mengkhawatirkan kurangnya rasa aman dan kasih sayang, karena tingkat kebutuhan mereka masih berada di tingkat paling dasar. Jika kebutuhan dasar itu berangsur-angsur terpenuhi, mereka akan mencoba memenuhi suatu kebutuhan dalam bentuk yang berbeda, dengan tingkat yang lebih tinggi. Fakta inilah yang membuat kita harus mengakui kenyataan, bahwa masalah kita tidak akan pernah habis, masalah hanya akan berubah menjadi bentuk yang baru, dari masalah fisik menuju masalah psikologis. Manusia modern dapat dengan mudah memiliki masalah psikologis apabila kebutuhan tingkat dua, tiga, empat, dan lima tidak terpenuhi. Kurangnya rasa aman membuat diri kita paranoid dan cemas, kurangnya kasih sayang bisa menyebabkan rasa hampa, kurangnya penghargaan dan ketidakmampuan manusia dalam mengaktualisasikan diri menjadi salah satu penyebab dari beragam kasus depresi yang pernah dialami manusia.
Seorang yang sangat sukses dalam kariernya bisa saja hidupnya berakhir dengan melakukan bunuh diri. Jika menilik dari perspektif piramida maslow, orang tersebut sangat mungkin sudah berada di puncak piramida, disaat ia memiliki suatu kebutuhan akan aktualisasi diri, karena kebutuhan lain sudah terpenuhi. Meskipun hidup sangat berkecukupan, ketika orang tidak bisa menemukan makna akan kehidupan mereka beserta peran di dunia ini, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya, hingga jatuh pada krisis eksistensial, yang menjerumuskan diri mereka pada tindakan bunuh diri.
Sebagai renungan yang harus selalu ditekankan kembali, hal yang harus kita sadari sepenuhnya adalah bahwa meskipun kualitas hidup kita semakin baik dari waktu ke waktu, tetapi masalah yang dialami umat manusia di tingkat individu maupun komunitas tidak akan ada habisnya. Kita harus mengenali dan memperhatikan dengan lebih serius isu-isu kesehatan mental pada diri kita dan orang lain dalam lingkup masyarakat kita, karena merupakan salah satu kebutuhan yang wajib kita semua penuhi demi kesehatan psikologis masing-masing individu.
Setiap manusia harus saling membantu untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain, dan inilah salah satu alasan mengapa kita disebut sebagai makhluk sosial. Kita membutuhkan satu sama lain tidak hanya untuk masalah kebutuhan fisik yang mendasar, tetapi kita juga saling membutuhkan kasih sayang satu sama lain, harus saling memberikan rasa aman, menghargai satu sama lain, serta menyadari makna hidup yang sesungguhnya serta peran kita sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat. Untuk mencapai kesadaran itu perlu usaha yang kolektif agar kita semua bisa memecahkan masalah psikologis manusia, yang merupakan tantangan baru bagi peradaban manusia, saat ini dan di masa depan.

Komentar

Postingan Populer