Piramida Maslow dalam Teka-Teki Psikologis Manusia
Pernahkah
kita mempertanyakan keanehan bahwa di zaman modern ini, ketika kualitas hidup kita jauh lebih
baik dari sebelumnya, tetapi masyarakat justru semakin rentan terhadap depresi
dibanding sebelumnya? Sebuah penelitian membuktikan, setidaknya 80 tahun
terakhir kasus depresi meningkat secara gradual, meskipun terjadi penurunan
kasus bunuh diri.
Perlu diingat bahwa depresi itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu depresi yang terjadi akibat bawaan genetik atau berasal dari masalah klinis, serta depresi yang sifatnya lebih temporer, yang biasanya dipicu oleh masalah-masalah serta krisis eksistensial seseorang dalam hidup. Dalam artikel ini, saya fokus membahas masalah depresi yang berasal dari krisis eksistensial.
Ada sebuah perspektif lain yang bisa
kita jadikan lensa dalam mengenali masalah-masalah depresi ini dengan cara yang
berbeda. Pada abad ke-20, seorang psikolog bernama Abraham Maslow membuat
sebuah piramida teoretis yang mencoba menjelaskan mengenai hierarki kebutuhan
manusia secara komprehensif.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia dapat
meningkat dan berubah secara bertahap, serta membaginya menjadi 5 tingkat.
Terdapat lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis berada di tingkat paling dasar, diatasnya diikuti
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan
penghargaan hingga tingkat tertinggi kebutuhan yaitu aktualisasi diri.
Pada zaman dulu, umat manusia bahkan masih
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Meskipun saat ini kesejahteraan belum menyentuh seluruh manusia secara
keseluruhan, tetapi kualitas peradaban manusia secara keseluruhan sudah jauh lebih baik. Berbeda kondisinya dengan mayoritas manusia di zaman berburu misalnya, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk mengkhawatirkan kurangnya
rasa aman dan kasih sayang, karena tingkat kebutuhan mereka masih berada di
tingkat paling dasar. Jika kebutuhan dasar itu berangsur-angsur terpenuhi, mereka akan mencoba memenuhi suatu kebutuhan dalam bentuk yang berbeda, dengan tingkat yang lebih tinggi. Fakta inilah
yang membuat kita harus mengakui kenyataan, bahwa masalah kita tidak akan
pernah habis, masalah hanya akan berubah menjadi bentuk yang baru, dari masalah
fisik menuju masalah psikologis. Manusia modern dapat dengan mudah memiliki
masalah psikologis apabila kebutuhan tingkat dua, tiga, empat, dan lima tidak
terpenuhi. Kurangnya rasa aman membuat diri kita paranoid dan cemas, kurangnya
kasih sayang bisa menyebabkan rasa hampa, kurangnya penghargaan dan
ketidakmampuan manusia dalam mengaktualisasikan diri menjadi salah satu
penyebab dari beragam kasus depresi yang pernah dialami manusia.
Seorang yang sangat sukses dalam kariernya bisa saja hidupnya berakhir dengan melakukan bunuh diri. Jika menilik dari
perspektif piramida maslow, orang tersebut sangat mungkin sudah
berada di puncak piramida, disaat ia memiliki suatu kebutuhan akan aktualisasi diri,
karena kebutuhan lain sudah terpenuhi. Meskipun hidup sangat berkecukupan,
ketika orang tidak bisa menemukan makna akan kehidupan mereka beserta peran di
dunia ini, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya, hingga
jatuh pada krisis eksistensial, yang menjerumuskan diri mereka pada tindakan bunuh
diri.
Setiap manusia harus saling membantu
untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain, dan inilah salah satu alasan mengapa
kita disebut sebagai makhluk sosial. Kita membutuhkan satu sama lain
tidak hanya untuk masalah kebutuhan fisik yang mendasar, tetapi kita juga
saling membutuhkan kasih sayang satu sama lain, harus saling
memberikan rasa aman, menghargai satu sama lain, serta menyadari makna hidup
yang sesungguhnya serta peran kita sebagai bagian dari suatu komunitas
masyarakat. Untuk mencapai kesadaran itu perlu usaha yang kolektif agar kita semua bisa memecahkan masalah psikologis manusia, yang
merupakan tantangan baru bagi peradaban manusia, saat ini dan di
masa depan.
Masalah
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia semakin dimudahkan dengan perkembangan
ekonomi dan inovasi-inovasi teknologi. Namun, masalah yang terjadi pada manusia
nampaknya tidak menghilang, justru hanya berubah, yang semula merupakan masalah
yang bersifat fisik, seperti kekurangan makanan, kurangnya keamanan, maraknya
peperangan, serta sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, berubah
menjadi masalah psikologis, dengan maraknya depresi serta isu kesehatan mental
lainnya.
Tidak ada yang
tahu pasti apa penyebabnya. Beberapa orang berhipotesis karena hidup yang kita
jalani saat ini semakin superfisial dan tidak alami. Beberapa bahkan
menyalahkan keberadaan teknologi itu sendiri, sosial media disalahkan, serta
kemudahan hidup menyebabkan kemanjaan diri kian mengacaukan kehidupan
sehari-hari kita. Segala hipotesis yang dibuat sangat mungkin benar, bahkan mungkin semua benar secara sekaligus. Cepatnya perkembangan zaman tidak
dibarengi dengan perkembangan dari perilaku manusia itu sendiri, karena rasanya terlalu
banyak masalah baru yang menumpahkan bebannya terhadap kondisi mental
manusia masa kini.
Konsep dari piramida ini adalah, ketika
kita sudah berhasil memenuhi suatu kebutuhan, maka kita akan termotivasi untuk
mencoba memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, ketika
kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, papan) sudah terpenuhi, maka kita mulai
mengkhawatirkan hal baru, yaitu keamanan. Kita mencoba mencari perlindungan
dari hal-hal yang mengancam seperti konflik, kriminalitas, peperangan, hingga
wabah. Ketika kita sudah merasa aman, maka timbul kebutuhan baru, yaitu
keinginan untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang, dan selanjutnya akan
terus begitu hingga sampai pada tingkat kebutuhan aktualisasi diri.
Sebagai
renungan yang harus selalu ditekankan kembali, hal yang harus kita sadari sepenuhnya adalah
bahwa meskipun kualitas hidup kita semakin baik dari waktu ke waktu, tetapi masalah
yang dialami umat manusia di tingkat individu maupun komunitas tidak
akan ada habisnya. Kita harus mengenali dan memperhatikan dengan lebih serius
isu-isu kesehatan mental pada diri kita dan orang lain dalam lingkup masyarakat
kita, karena merupakan salah satu kebutuhan yang wajib kita semua penuhi demi
kesehatan psikologis masing-masing individu.
Komentar
Posting Komentar